Peran penting pemuda dalam pemilu
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha
Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas
kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan ini dan manfaatnya untuk masyarakat.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal
dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun
tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………..i
KATA PENGANTAR ……………………………………………….ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………….iii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………. 1
·
A. Latar Belakang ………………………………………….. 1
·
B. Rumusan
Masalah …………………………………….. 2
·
C. Tujuan ……………………………………………………… 2
BAB III PEMBAHASAN …………………………………………3
1.
Dasar
Pemikiran dilaksanakanan nya pemilu di Indonesia ……. 3
2.
Kebudayaan
Remja dan Siswa Sebagai Pemilih Muda
Dalam
Pemilu ……………. .4
3.
Peran
Pemuda Dalam Pemilu ………………………5
4.
Pandangan
Anak Muda Tentang Partai Politik ………………………. ..6
5.
Antusiasme
Generasi Muda Dalam Pemilu ……………8
BAB IV PENUTUP ……………………………………………… 12
·
A. Kesimpulan …………………………………………….12
·
B. Saran ……………………………………………………..12
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………..12
BAB
1
PENDAHULUAN
·
LATAR
BELAKANG
Pemilihan umum merupakan sarana demokrasi guna mewujudkan
sistem pemerintahan negara yang berkedaulatan rakyat. Pemerintahan negara
terbentuk melalui pemilu itu adalah yang berasal dari rakyat (termasuk remaja
17 tahun keatas), dijalankan sesuai dengan kehendak rakyat yang diabdikan untuk
kesejahteraan rakyat. Karena pemerintah tidak bisa bertindak apapun mengenai
negara tanpa persetujuan rakyat. Oleh sebab itu ada DPR dan MPR yang mewakili
rakyat.
Manfaat pemilu bagi pemilih muda yang mayoritas pelajar,
remaja dan mahasiswa, juga untuk mendidik dan mencerdaskan. Oleh karena itu,
suara yang mereka berikan merupakan wujud kerjasama untuk mensukseskan pemilu.
Karena dikalangan pemilih remaja, pendidikan politik sangat rendah. Sehingga
pemilih pemula bisa menduduki posisi terpenting dalam pemilu. Kerendahan
pendidikan politik tersebut tidak setara dengan jumlah pemilih muda yang sangat
banyak. Oleh sebab itu partisipasi mereka terkadang di manfaatkan sebagai
sasaran buruan para calon.
Hubungan pemilu dengan pemilih sangatlah erat. Karena
dalam pemilu membutuhkan pemilih dan pemilih membutuhkan pemilu untuk memilih
seorang pemimpin, karena negara Indonesia menganut kedaulatan rakyat. Dalam
pemmilu setiap pemilih memiliki hak untuk
memilih siapa yang kira-kira bisa dijadikan panutan yang bertanggung jawab.
Karena dikalangan masyarakat khususnya dikalangan pemilih pemula. Perlakuan
sesuai dengan fungsi dan kedudukan dalam masyarakat merupakan sebuah keadilan
dalam kehidupan sosial budaya. Oleh sebab itu, pemilu sangatlah penting
dikalangan pemilih remaja.
Memahami kesadaran politik siswa sebagai pemilih pemula
atau pemilih remaja dalam pilkada perlu kiranya diaktualisasikan melalui
pembelajaran yang melibatkan langsung diri remaja terhadap fenomena sosial yang
terjadi dilingkungan anggota dan aktivitas keluarga atau masyarakat dengan
pendekatan School-Based Democracy Education. Dengan demikian siswa akan
terlibat langsung dengan aktivitas masyarakat dan dirimya sebagi objek
sekaligus subjek dalam berdemokrasi. Dengn melihat latar belakang tersebut
diatas, penulis dalam hal ini terdorong untuk mengkaji lebih dalam mengenai
bagaimana posisi kata pemilu dalam diri seorang remaja ataupun pemilih pemula
di Indonesia, sekaligus untuk mengetahui bagaimana peran serta remaja dalam
pemilu..
·
RUMUSAN
MASALAH
1. Pengertian
pemiliu
2. Tujuan
diadakannya pemilu di Indonesia
3. Dasar hukum
dan landasan pemilu di Indonesia
4. Kebudayaan
remaja dan siswa sebagai pemilih muda dalam pemilu
5. Pandangan
anak muda tentang partai politik
6. Antusiasme
generasi muda dalam pemilu
·
TUJUAN
·
1. Untuk
memenuhi tugas matakuliah
·
2. Supaya
mahasiswa dapat lebih memahami pemilu di Indonesia
·
3. Agar
mahasiswa mengerti bahwa mereka adalah bagian dari generasi muda untuk
menciptakan pemilihan umum yang lebih baik dari pemilu yang pernah dilaksanakan
BAB
II
PEMBAHASAN
·
DASAR
PEMIKIRAN DILAKSANAKANNYA PEMILU DI INDONESIA
ada beberapa hal yang menjadi dasar pemikiran
dilaksanakan pemilu di Indonesia, diantaranya adalah:
a. Sebagai
sarana untuk dapat melaksanakan reformasi dalam berbagai bidang kehidupan,
khususnya reformasi dalam bidang politik
b. Membentuk
lembaga permusyawarah/perwakilan rakyat agar dapat berpartisipasi dalam
pemerintahan
c. Melaksanakan
asas kedaulatan rakyat sesuai sila keempat pancasila yaitu kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan
d. Melaksanakan
hak plitik warga negara Indonesia.
Pemilu yang demokratis merupakan suatu cara
untuk menyatakan diri sebagai negara demokrasi karena suatu negara dikatakan
demokratis apabila memenuhi dua asas pokok pemerintahan demokrasi yaitu:
1. Adanya
pengakuan hak asasi manusia
2. Adanya
partisipas rakyat dalam pemerintahan yang diwujudkan dalam bentuk pemilu yang
demokratis
Dasar-dasar hukum pemilihan umum adalah:
1. Pancasila
2. Undang-Undang
Dasar 1945
3. Ketetapan
MPR tentang GBHN
4. Ketetapan
MPR tentang pemilu
5. UU
No.31 tahun 2002 tentang partai politik
6. UU
No.12 tahun 2003 tentang pemilu
Landasan pemilu di Indonesia meliputi:
1. Landasan
idiil pemilu adalah Pancasila
2. Landasan
konstitusional adalah Undang-Undang Dasar 1945
3. Landasan
operasional adalah
a. Ketetapan
MPR No. III / MPR / 1998
b. UU
No. 31 tahun 2002 tentang partai politik
c. UU
No. 12 tahun 2003 tentang pemilu`
·
KEBUDAYAAN
REMAJA DAN SISWA SEBAGAI PEMILIH DALAM PEMILU
Nilai kebudayaan remaja antara lain adalah santai, bebas
dan cenderung pada hal-hal yang informal dan mencari kesenangan, oleh karena
itu semua hal yang kurang menyenangkan dihindari. Disamping mencari kesenangan,
kelompok sebaya atau “peer group” adalah penting dalam kehidupan seorang
remaja, sehingga bagi seorang remaja perlu mempunyai kelompok teman sendiri
dalam pergaulan. Masa pubertas merupakan tahap permulaan perkembangan perasaan
sosial. Pada masa ini timbul keinginan remaja untuk mempunyai teman akrab dan
sikap bersatu dengan teman-temannya, sedangkan terhadap orang dewasa mereka
menjauhkan diri. “Peer culture” ini berpengaruh sekali selama masa remaja
sehingga nilai-nilai kelompok sebaya mempengaruhi kelakuan mereka. Seorang
remaja membutuhkan dukungan dan konsensus dari kelompok sebayanya. Dalam hal
ini setiap penyimpangan nilai dan norma kelompok akan mendapat celaan dari
kelompoknya, karena hubungan antara remaja dan kelompoknya bersifat solider dan
setia kawan. Pada umumnya para remaja atas kelompok-kelompok yang lebih kecil
berdasarkan persamaan dalam minat, kesenangan atau faktor lain.
Berkenaan dengan kapasitas kebudayaan remaja/siswa
tersebut, setidaknya dapat dijadikan gambaran penting upaya melihat peta
demokrasi dan kesadaran politik kalangan remaja di lingkungan persekolahan
sebagai bagian pemilih pemula dalam pilkada. Menurut Bambang, ada tiga tingkat
materi yang perlu ditanamkan dalam kurikulum pendidikan berkaitan dengan
sosialisasi pemilu melalui kurikulum pendidikan. Ketiga materi tersebut adalah
penanaman hakikat pemilu yang benar sehingga memunculkan motif yang kuat bagi
pemilih pemula untuk mengikuti pemilu, pemahaman mengenai sistem pemilu, dan
pemahaman tentang posisi tawar politik.
Pemahaman perilaku politik (Political Behavior) yaitu
perilaku politik dapat dinyatakan sebagai keseluruan tingkah laku aktor poltik
dan warga negara yang telah saling memiliki hubungan antara pemerintah dan
masyarakat, antara lembaga-lembaga pemerintah, dan antara kelompok masyarakat
dalam rangka proses pembuatan, pelaksanaan, dan penegakan keputusan politik.
Sedangkan menurut Almond dan Verba yang dimaksud budaya politik (Political
Culture) merupakan suatu sikap orientasi yang khas warga negara terhadap sitem
politik dan aneka ragam bagiannya, dan sikap terhadap peranan warga negara yang
ada di dalam sistem itu. Warga negara senantiasa mengidentifikasi diri mereka
dengan simbol-simbol dan lembaga kenegaraan berdasarkan orientasi yang mereka
miliki.
·
PERAN
PEMUDA DALAM PEMILU
Sejak era sebelum kemerdekaan, pasca
kemerdekaan, Orde Lama, Orde Baru, sampai Orde Reformasi partisipasi pemuda
dalam menyuarakan demokrasi itu tak diragukan lagi. Sumpah pemuda yang
dikumandangkan 1928, proklamasi kemerdekaan 1945, dan reformasi 1998,
menunjukkan bahwa peran pemuda dalam kebangkitan bangsa memang begitu dominan
dan strategis. Ini dikarenakan pada masa ini (pemuda), punya kekuatan otot dan otak
yang kuat. Kata kasarnya apapun bisa dilakukan oleh pemuda. Seperti kata
Soekarno, berikan saya sepuluh orang pemuda, maka akan ku goncang dunia ini.
Pemilu merupakan ajang pesta demokrasi
rakyat, digelar setiap lima tahun sekali. Tentu saja banyak pemuda yang untuk
pertama-kalinya memiliki hak pilih. Lantas, ke parpol manakah sebagian besar
pemuda menyalurkan aspirasinya. Nah, hal inilah yang perlu digarap secara
cermat oleh setiap Parpol. Jumlah suara pemuda itu puluhan juta, tentu saja
diperlukan perlakuan khusus untuk mendekati kalangan pemuda.
Dalam massa kampanye yang berlangsung
beberapa pekan, tentu saja setiap Parpol akan beradu jurus atau strategi untuk
memperoleh dukungan pemuda. Ada yang memasang jurus klasik, umpamanya dengan
penawaran program yang menyangkut kepentingan pemuda. Ada juga Parpol yang
mendekati pemuda dengan menggunakan jurus yang berbau psikologis, artinya apa
yang menjadi minat dan kecenderungan pemuda lantas disajikan selama masa
kampanye. Tak heran menjelang Pemilu 2014 beragam kecanggihan teknologi
informasi akan dimanfaatkan Parpol, misalnya situs jejaring social.
Karena pemuda cenderung lebih suka hiburan,
hura-hura dan kumpul-kumpul, maka berbagai hiburan pun digelar, mulai dari
menampilkan music rock, dangdut, pop, hingga berupaya menampilkan selebritis
idola kaula muda. Beberapa selebritis yang berhasil masuk parlemen terutama
karena dukungan pemuda.
Tak dapat dipungkiri, bahwa dengan cara
menampilkan selebritis kesohor, dengan sendirinya jumlah masa kampanye akan
membludak, terutama kalangan pemilih berusia muda. Bagi Parpol yang kantungnya
tebal, upaya mendatangkan selebritis memang tidak sulit, berapapun honornya
mampu membayarnya. Namun bagi Parpol dengan kantung pas-pasan memang cukup
sulit untuk menampilkan artis dalam kegiatan kampanye, kecuali jika sang artis
dengan suka rela dan ikhlas mendukungnya. Sebagai gambaran yang menujukkan
betapa efektifnya unsur hiburan dalam mengumpulkan massa, umpamanya pada Pemilu
1982 lalu, dalam suatu kampanye di Jakarta, sebuah Parpol bisa menghadirkan
satu juta massa, terutama karena kehadiran Rhoma Irama beserta Grup Soneta yang
saat itu mencapai puncak kejayaan.
Untuk meraih suara dan simpatik pemuda, maka
tak heran jika para tokoh Parpol dan para jurkam yang sebenarnya sudah tak muda
lagi kembali berpenampilan muda, bahkan dipanggung kampanye tak segan-segan
untuk berjoget, bernyanyi dan berteriak-teriak histeris. Dalam arena kampanye
memang para “koboy kolot” banyak bermunculan, tampak begitu dinamis dan sangat
memikat penampilannya, bahkan tampak lebih muda dari para pemuda. Tentu saja
para pemuda akan segera jatuh simpatik pada tokoh Parpol yang demikian.
Pemuda memang identik dengan gairah,
semangat, demokrasi dan keterbukaan. Pemuda tak menyukai segala sesuatu yang
loyo dan muluk-muluk, pemuda memang amat menyukai realita. Dengan demikian,
salah satu “jurus” untuk meraih dukungan pemuda dalam Pemilu ialah dengan
menawarkan keterbukaan, program yang tidak muluk-muluk serta realistis.
Dalam setiap acara kampanye, gairah pemuda
seperti terbakar dan makin bergelora. Dalam setiap kampanye ketergantungan
Parpol terhadap kalangan pemuda begitu tinggi, karena sebagian besar dari massa
yang hadir memang para pemuda. Sudah sewajarkan keikutsertaan pemuda tidak
disia-siakan, apalagi jika ditanamkan perasaan sentimen atau prasangka yang
buruk terhadap Parpol lain, hingga dikhawatirkan menimbulkan perpecahan antar
pemuda.
·
PANDANGAN
ANAK MUDA TENTANG PARTAI POLITIK
Masa muda merupakan saat-saat dimana mereka
ingin mencoba mengikuti proses pemilu. Pertumbuhan partai politik di Indonesia
tidak di imbangi dengan kemampuan memahami kepentingan anak muda.
Program-program partai belum menjangkau remaja. Apalagi mewakilinya. Mungkin
ini merupakan salah satu kelemahan partai politik yang sering meremehkan
hal-hal kecil. Remaja merupakan generasi penerus keberlangsungan bangsa ini.
Pendidikan pilitik bagi mereka merupakan hal penting. Merekalah generasi
pemilih di masa yang akan datang.
Bila di kaji lebih dalam, remaja bis memberi
keuntungan pada prti politik bila input pendidikan politik pada mereka di
berikan secara intensif. Kaum pemuda akan memiliki kesadaran berpolitik tinggi
dan semakin kritis pada proses politik yang tengah terjadi. Partai juga
diuntungkan karena dapat melakukan kaderisasi politik secara dini. Hanya saja
partai politik sepertinya belum memahami arti penting ini.
Orientasi partai politik masih pada isu-isu
besar. Cara mendongkrak suara pun masih menggunakan cara-cara yang sudah umum,
misal menggunakan artis dengan cara merekrutnya. Dengan kondisi seperti itu
secara tidak langsung telah membentuk sikap tertentu dikalangan remaja. Peran
remaja pun menjadi kurang. Dan pada alkhirnya mereka akan memilih hura-hura
ketimbang memikirkan politik yang rumit dan belum tentu memberikan keuntungan
bagi mereka.
Remaja
lebih sering mendapat informasi tentang politik dari media. Baik itu cetak,
elektronik, dan sekarang pada media online.
Tentunya informasi yang mereka dapatkan dari media bukanlah penegetahuan
mendalam, namun sepotong-sepotong. Ketidakpedulian partai politik akan
mempersulit menyadarkan remaja pada peranan politiknya. Kalau hanya kemengan
dalam pemilu yang di kejar oleh partai politik, remaja selamanya tidak akan
pernah tertarik mempelajari politik. Faktor lainnya yang membentuk kesdaran
remaja tergantung pada orangtua. Bila tidak ada yang mengarahkan mereka tidak
akan pernah memiliki kepedulian.
Indonesia ini menganut sistem demokrasi dalam
tatacara pemerintahannya. Konsekuensi logis pertama dari demokrasi kita adalah
diadakannya pemilihan raya untuk memilih pemimpin eksekutif dan legislatif
(perwakilan rakyat) pada berbagai tingkatan daerah. Pemilihan ini menggunaka
sistem one-man-one-vote, rtinya tidak peduli tingkat pendidikan, ekonomi dan
sosial, satu orang memiliki satu suara. Itulah menariknya demokrasi.
Masyarakat memiliki hak untuk mengekspresikan
kepuasan dan ketidakpuasan setidaknya 5 tahun tiga kali, saat pemilu nasional,
dan pilkada provinsi dan kabupaten/kota.
Bila ia puas maka ia akan memilih incumbent, bila kecewa ia akan memilih
pasangan alternatif.
Kesempatan ekspresi sepeerti ini perlu kita
perjuangkan dengan menggunakannya dengan baik. Sebelum era reformasi, kebebasan
ini tidak dimiliki sepenuhnya. Bila kita tidak menggunakannya maka, bisa jadi
suara kita diklaim atau di bajak oleh pihak tertentu. Konsekuensi selanjutnya
dari demokrasi adalah hak menyampaikan aspirasi. Mekanisme yang digunakan oleh
Indonesia dalam hal ini adalah perwakilan melalui sistem paratai politik.
Rasanya memang menjadi agak aneh apabila, kita menjadi anti terhadap partai
politik, karena justru merekalah corong opini kita kepemerintah.
Konsekuensi terakhir dari demokrasi adalah
hak setiap warga untuk aktif dalam berpolitik. Setiap warga negara berhak di
pilih dan memilih, begitulah bunyi undang-undang negeri ini. Artinya kita
mempunyai kesempatan tidak hanya sebagai follower tetapi juga sebagai leader.
Dalam berpolitik dan bernegara, tentu ada mereka yang aktif bergerak, dan lebih
banyak yang menunggu dan mengikut. Indonesia negara hukum, dan salah satu tugas
penting dari para politisi adalah mengeluarkan produk hukum untuk kesejahteraan
rakyat.
Tentu tidak semua anak muda harus aktif
berpolitik, tetapi saya sangat yakin percaya bahwa demokrasi yang berkualitas
akan terwujud bila anak muda Indonesia menggunakan hak politik mereka, yakni
memilih dan menyampaikan aspirasinya.
·
ANTUSIASME
GENERASI MUDA DALAM PEMILU
Dari sekitar 190 juta warga yang memiliki hak
pilih dalam pemilu, 7,4 persen di antaranya atau sekitar 14 juta orang, adalah generasi
muda yang akan memakai hak pilih untuk pertama kalinya. Berbagai kalangan
mengungkapkan kekhawatiran, bahwa mereka akan bersikap apolitis atau
tergilincir pada politik uang. Bermula dari keprihatinan itu, seorang ahli
strategi marketing digital, Pingkan Irwin membangun website: www.AyoVote.com
lengkap dengan layanan jejaring sosial. Tujuannya membangkitkan minat anak-anak
muda untuk peduli dengan perkembangan politik, termasuk dalam bentuk
partisipasi pemilu.
Pingkan Irwin: Ide awal untuk membuat website
Ayo Vote dimulai dari 2012 setelah Pilgub Jakarta. Dari situ kita sadar masih
banyak anak muda Indonesia yang peduli dan semangat untuk berpartisipasi dalam
Pemilu, tapi selama ini masih belum ada media yang bisa memberikan informasi
sesuai dengan kebutuhan mereka. Oleh karena itu, kita mulai membangun
AyoVote.com, di mana informasi yang terdapat di dalamnya lebih fokus kepada
pengetahuan mendasar untuk membekali para pemilih muda agar mereka bisa
menggunakan hak suara secara bertanggung jawab. Selama menyiapkan website
tersebut, kita sadar bahwa kita perlu melakukan proyek ini dalam skala lebih
besar. Oleh karena itu, saya dan Abdul Qowi Bastian, memutuskan untuk membuat
Ayo Vote menjadi sebuah gerakan pendidikan pemilih yang ditujukan kepada generasi
digital.
Diperkirakan bahwa dalam setiap Pemilu, 30%
dari total jumlah pemilih adalah pemilih muda (usia 17-30 tahun). Demografi ini
tentunya sangat signifikan dan partisipasi mereka akan sangat berpengaruh dalam
menentukan hasil pemilu.Karena jumlah mereka yang sangat signifikan, mereka
harus menjadi pemilih yang bertanggung jawab dan dapat menentukan pilihan atas
dasar yang kuat. Semua ini demi tercapainya pemilu yang berkualitas dan
memastikan calon yang terkuatlah yang akan akhirnya terpilih.
Tingkat apatis generasi muda Indonesia memang tinggi.
Respon yang biasanya kita dapat ketika kita bertanya kenapa mereka enggan untuk
memilih:
·
Siapa
pun yang menang, Indonesia akan begini-begini aja, gak akan mengubah apa-apa.
·
Gak
kenal juga siapa aja calonnya.
·
Semua politisi itu korup.
·
Gak tahu apa perbedaan antara partai politik
peserta pemilu.
·
Kayaknya
prosesnya ribet deh.
Itu adalah 5 hal utama yang kami coba atasi
dengan adanya Ayo Vote. Pendekatan kami difokuskan ke 5 masalah persepsi di
atas dengan cara men-simplify semua informasi mendasar tentang Pemilu. We keep
it simple. Fokus kita memang tidak hanya tentang politik, tapi juga tentang
hal-hal positif tentang Indonesia yang patut diperjuangkan dan mengapa partisipasi
para anak muda sangat penting dalam menentukan arah negara.
Ada beberapa partai politik yang sangat
semangat untuk berpartisipasi dalam kegiatan Ayo Vote, dan kami sangat terbuka
untuk mengakomodasi semua partai politik, idealnya. Dan jumlah caleg yang tertarik
untuk membuat acara dengan Ayo Vote juga jumlahnya tidak sedikit. Pada dasarnya
Ayo Vote adalah sebuah open platform untuk menjadi jembatan antara para pemilih
muda dan partai politik ini, maka dari itu kita selalu mencoba untuk
mengakomodasi tanpa mengurangi integritas konten dan tetap memegang teguh
netralitas program kami.
Hampir setiap akhir pekan dihabiskan Pingkan
Irwin, sang inisiator Ayo Vote. Kegiatan yang mendorong minta anak muda agar
melek politik bertemu banyak orang dan bekerja. Tapi bukan untuk sekedar
nongkrong, shopping atau cuci mata di pusat keramaian, melainkan dengan
mengadakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan sadar politik bagi
generasi muda.
Pingkan Irwin: Saat ini kita sedang gencar
untuk melakukan kunjungan ke kampus dan sekolah-sekolah, karena mereka adalah
target program kami. Selain itu kita juga ada acara bulanan di mall-mall,
namanya "NgomPol" (Ngomongin Politik). Acara tersebut adalah hasil
kolaborasi Ayo Vote dengan Provocative Proactive yang memang sudah memiliki
banyak pengalaman dalam mengemas konten politik menjadi lebih menarik dan lebih
dekat ke anak muda.
Selain pendanaan tentunya, problem utama yang
kita hadapi adalah mengubah persepsi tentang politik Indonesia yang dinilai
sangat kotor. Tujuan Ayo Vote sendiri itu ada 2:
1. Meningkatkan partisipasi dalam Pemilu
2. Menjadikan pemuda Indonesia, pemilih yang bertanggung
jawab.
Untuk mengangkat mereka ke tatanan pertama
saja sudah sangat sulit karena tingkat apatis yang tinggi, perlu pendekatan
yang berbeda untuk meyankinkan mereka bahwa partisipasi mereka justru sangat
penting untuk memutus siklus buruk yang terjadi dalam kepemerintahan Indonesia
saat ini.
Ketika kita berhasil mengubah persepsi bahwa
suara mereka tidak berpengaruh, kita baru bisa masuk ke tahap kedua di mana
mereka harus tahu betul siapa yang akan mereka pilih dan kenapa.
Sayangnya karena korupsi sudah menjadi bagian
dalam budaya Indonesia saat ini; seakan-akan kita harus menerima bahwa korupsi
memang sudah menjadi bagian dari proses. Pemberitaan di media rasanya seperti
tidak berhenti dari satu kasus ke kasus yang lain, sampai terkadang kita lupa
tentang kasus-kasus sebelumnya atau malah sering tertukar siapa saja orang yang
terlibat dalam suatu kasus karena sudah terlalu banyak.
Karena kita sudah dibombardir dengan pemberitaan negatif
ini, kita merasa bahwa semua orang dalam dunia politik itu kotor. Tapi bukan
begitu kenyataannya, masih banyak orang-orang yang sangat pintar dan kompeten
yang bekerja dalam pemerintahan. Oleh karena itu, kami juga ingin menyorot para
individu yang menurut kami adalah sosok-sosok pemimpin yang bekerja melayani
rakyatnya sepenuh hati untuk memperbaiki keadaan.
Sejauh ini sangat membesarkan hati karena
banyak di antara mereka yang sangat semangat dan jumlah relawan Ayo Vote juga
sudah cukup banyak. Rata-rata mereka antusias dengan video yang kita produksi
atau ketika tim kita datang ke kampus mereka untuk melakukan workshop. Karena
mereka sebenarnya ingin cari tahu lebih banyak informasi seputar pemilu, hanya
saja selama ini informasinya masih terpencar. Maka ketika kita berikan panduan
step-by-step dan mereka sadar betapa mudahnya, contohnya cek apakah nama mereka
sudah terdaftar dalam DPT atau tidak, mereka kemudian tertarik untuk cari
informasi lebih lanjut melalui Ayo Vote.
Semenjak program Ayo Vote diluncurkan,
weekend pun akhirnya digunakan untuk bekerja. Selain penyelenggaraan event,
pekerjaan kantor pun juga harus dicicil hari Sabtu dan Minggu. Tapi sejauh ini
masih manageable dan kita selalu melakukan proyek sesuai dengan kemampuan kita
untuk memastikan kita dapat mencapai hasil maksimal.
Sekarang sudah tidak ada alasan lagi, karena
banyak sekali informasi yang tersedia online. Jangan sampai anak muda
membiarkan orang lain menentukan pilihan mereka, karena nantinya mereka sendiri
yang merasa dirugikan dan menyesal di kemudian hari kalau kandidat yang
terpilih tidak sesuai dengan harapan mereka.
Pastikan orang/partai yang dipilih memang
sudah sejalan dengan apa yang mereka inginkan, memperjuangkan isu-isu yang
dekat dengan si pemilih itu masing-masing dan memiliki latar belakang serta
pengalaman yang memadai untuk posisi yang akan mereka jabat nanti.
Jangan sampai anak muda memilih orang/partai
tanpa mengetahui informasi dengan jelas, hanya berdasarkan kenal dari iklan dan
baliho yang pernah dilihat. Anak muda harus benar-benar tahu apakah para
kandidat ini kompeten atau tidak. Karena itu adalah satu-satunya cara untuk
memastikan hanya orang-orang terbaik lah yang akan menjadi wakil mereka selama
5 tahun ke depan nanti.
BAB
III
PENUTUP
·
KESIMPULAN
Pada dasarnya Pemilihan umum merupakan sarana
demokrasi guna mewujudkan sistem pemerintahan negara yang berkedaulatan rakyat.
Pemerintahan negara terbentuk melalui pemilu itu adalah yang berasal dari
rakyat (termasuk remaja 17 tahun keatas), dijalankan sesuai dengan kehendak
rakyat yang diabdikan untuk kesejahteraan rakyat. Karena pemerintah tidak bisa
bertindak apapun mengenai negara tanpa persetujuan rakyat. Oleh sebab itu ada
DPR dan MPR yang mewakili rakyat.
·
SARAN
Muda
mudi dalam pemilihan umum dan sebagai remaja yang masih belum memahami penuh
politik hendaknya kita ikut memahami lebih dalam tentang makna pemilihan umum
dengan lebih baik lagi dan memberikan hak pilih kita dengan adil dan tanpa
pemaksaan dari pihak orang lain.
·
DAFTAR
PUSTAKA
Komentar
Posting Komentar